Jumat, 12 Februari 2016

Ratusan Keluarga di Ponorogo Bayar Listrik Pakai Singkon



Membayar tagihan listrik adalah kewajiban yang dilakukan masyarakat setiap bulannya. Selain membayar dengan uang tunai di loket-loket PLN terdekat, warga juga kerap menggunakan fasilitas pembayaran melalui bank via mobile atau internet.
Namun, percayakah Anda ratusan warga di Jawa Timur masih menggunakan cara 'barter' untuk membayar tagihan listrik setiap bulannya?
Ya, itulah yang dilakukan sekitar 600 kepala keluarga di empat desa di Ponorogo, Jawa Timur. Setiap bulan, mereka bayar tagihan listrik hanya dengan singkong atau pisang, bebek, ayam, dan lainnya.
Cara unik ini berlangsung sejak 2011, ketika pertama kali warga di Desa Andung Biru, Desa Tiril, Desa Sumber Duren, dan Desa Roto menikmati listrik di rumahnya. Aliran listrik ini berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) kapasitas 40 kiloWatt (kW). Pembangkit ini merupakan bantuan dari PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN).
"Sekitar 1990, desa-desa di sini ketika malam hari gelap gulita, tak ada listrik. Saya bersama warga yang lain berinisiatif membangun PLTMH sendiri, tapi kapasitasnya masih sangat kecil, hanya 16 kW dan hanya mampu melistriki beberapa puluh rumah saja," ujar M Rosid, warga Desa Andung Biru, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, dalam keterangan pers PGN, Rabu 27 Januari 2016.
Rosid mengungkapkan, pada 2011 PGN bekerja sama dengan Universitas Brawijaya memberikan bantuan satu unit PLTMH kapasitas 40 kW. Dengan memanfaatkan aliran Sungai Pekalen, listrik yang dihasilkan mampu menerangi 600 rumah di 4 desa.
"Sekarang malam hari desa-desa di sini jadi terang, anak-anak bisa belajar, keluarga bisa nonton televisi setiap hari," ungkapnya.
Ia menambahkan, setiap rumah di empat desa tersebut terdapat meteran listrik, dan setiap bulannya pemakaian listriknya dicatat oleh petugas koperasi yang dikelolanya bersama beberapa warga lainnya.
"Tapi warga di sini bayar tagihan listriknya tidak pakai uang tunai, melainkan dengan hasil kebun mereka, bisa bayar pakai singkong, pisang, bahkan ada yang bayar pakai bebek, ayam dan macam-macam," katanya.
Rosid mengatakan, bagi warga desa yang ekonominya masih lemah, tidak perlu bayar listrik alias gratis.
"Warga miskin tak perlu bayar listrik, sekolah dan rumah ibadah juga listriknya gratis. Warga desa banyak berterimakasih ke PGN, karena selain diberi pembangkit listrik, PGN juga memberikan bantuan pembangunan sekolah dan rumah ibadah," tutur Rosid.
Kepala Komunikasi Korporat PGN, Irwan Andri Atmanto mengatakan, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PGN juga memiliki tanggung jawab bersama-sama pemerintah untuk membantu mensejahterakan rakyat Indonesia.
"Kami senang bisa membantu masyarakat di empat desa di Ponoroggo, sehingga mereka bisa bersama-sama dengan PGN bisa memanfaatkan sumber daya alam di sana untuk menjadi listrik yang bermanfaat bagi masyarakat, untuk keperluan sehari-hari, maupun meningkatkan perekonomiannya dengan membuka usaha keripik, kue, hingga pengeringan kopi," ujar Irwan.
http://www.money.id/news/ratusan-keluarga-di-ponorogo-bayar-listrik-pakai-singkong-1601278.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar