Selasa, 16 Februari 2016

Uniknya Masjid Putih Telur di Riau

Bangunan masjid ini benar-benar dibuat dari campuran material berupa putih telur yang dikombinasikan dengan batu kapur, pasir dan tanah liat.



Luas pulau ini terbilang kecil, namun keindahan panoramanya menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan.
Adalah Pulau Penyengat yang berjarak 6 km dari kota Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau dan 35 km dari Pulau Batam.
Pulau mungil ini merupakan salah satu obyek wisata andalan di Kepulauan Riau. Selain memiliki panorama yang indah, pulau ini juga menyimpan sejarah peradaban kerajaan. Hal ini terlihat dari bukti-bukti prasasti dan obyek wisata sejarah yang ada di sana.
Untuk menuju Pulau Penyengat, ada beberapa alternatif yang bisa Anda pilih. Pertama, melalui Batam menuju Tanjung Pinang. Kedua, bisa menggunakan penerbangan menuju Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah.
Selanjutnya menuju Pelabuhan Sri Bintan Pura dengan waktu tempuh sekitar 35 menit. Penyeberangan dari Pelabuhan Sri Bintan Pura ditempuh menggunakan transportasi lokal. Masyarakat setempat menyebutnya Pompong.
Ini adalah kapal kayu kecil yang berkapasitas sekitar 20 sampai 30 orang. Tarifnya tergolong murah, menyesuaikan dengan jarak yang dituju. Mulai dari Rp 7.000 per orang, atau jika ingin lebih murah Anda bisa beramai-ramai dengan wisatawan lainnya menyewa sebuah Pompong.
Sampai di pulau mungil bersejarah ini, Anda bisa berkeliling pulau dengan jalan kaki, naik becak motor atau bersepeda santai sambil menikmati panorama pantai dan jajaran rumah-rumah panggung masyarakat setempat.
Namun kebanyakan transportasi yang tersedia adalah becak motor. Keliling pulau dengan becak motor membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam.
Dalam waktu 1,5 jam berkeliling dijamin Anda sudah cukup puas mengenal budaya masyarakat Penyengat yang sehari-harinya menggunakan bahasa Melayu itu.
Di Pulau Penyengat, Anda bisa mengunjungi makam raja-raja Riau, salah satunya makam Raja Ali Haji yang terkenal dengan Gurindam 12-nya.
Anda bisa pula menjelajah Bukit Kursi yang merupakan benteng pertahanan semasa peperangan. Kemudian, Balai Adat yang merupakan tempat penyimpanan perkakas raja dan permaisuri yang sekarang digunakan oleh penduduk setempat sebagai pusat kegiatan.
Tidak lupa, Anda wajib mengunjungi ikon utama Pulau Penyengat yaitu Masjid Raya Sultan Riau. Masjid ini terbilang unik karena pembangunannya menggunakan material berupa telur sebagai perekat, bukan menggunakan semen.
Masjid yang ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya di Pulau Penyengat ini memiliki keindahan yang luar biasa. Bentuk bangunannya kecil dan unik.
Bangunan masjid ini benar-benar dibuat dari campuran material berupa putih telur yang dikombinasikan dengan batu kapur, pasir dan tanah liat.
Konon, masyarakat kala itu menggunakan telur untuk mengganti semen sebagai bahan bangunan masjid lantaran melimpahnya jumlah telur dari masyarakat. Telur yang tidak habis dikonsumsi oleh pekerja digunakan sebagai campuran material, dengan harapan masjid akan lebih kokoh dan tahan lama.
Karena itulah, Masjid Raya Sultan Riau dikenal pula dengan nama Masjid Putih Telur. Masjid Putih Telur dibangun pada tahun 1803 oleh Sultan Mahmud. Selanjutnya pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda VII Raja Abdurrahman tahun 1832, masjid ini direnovasi hingga tampak seperti yang ada sekarang.
Dengan kata lain masjid ini sudah berusia sekitar 184 tahun. Bangunan masjid yang berukuran 18x20 meter ini ditopang oleh 4 buah tiang beton, dan kubahnya berjumlah 17 buah yang melambangkan jumlah rakaat salat fardhu lima waktu dalam sehari semalam.
Di sisi kiri dan kanan bagian depan masjid, terdapat bangunan tambahan yang disebut dengan Rumah Sotoh. Bangunan ini digunakan sebagai tempat bermusyawarah atau pertemuan warga desa setempat.
http://travel.dream.co.id/destination/uniknya-masjid-putih-telur-di-riau-1602156.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar